Read more: http://monozcore.blogspot.com/2011/11/animasi-elang-beterbangan-di-blog.html#ixzz1dshHt3JT

Makalah Reaksi Ozon

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Reaksi  ozon  dengan  molekul  tidak  jenuh  merupakan  salah  satu  metode  yang digunakan  untuk  menguji  reaktivitas  antara  partikel  gas.  Sistem  reaksi  asam  oleat-ozon heterogen telah  di  pelajar i  secara intensif  kar ena  kepentingan komersialnya dan  implikasinya ter hadap  kimia  atmosfer  serta  perubahan  iklim.  Hal  ini  diketahui  bahwa  azelat  dan  asam pelargonat dapat disiapkan  melalui  ozonolisis  asam oleat. Asam  azelat  merupakan komposisi penting  dalam  modifikasi  serat  poliester  yang  digunakan  pada  baju,  karpet,  plastik  mesin, elastomer  uretan,  film  poliester  dan  perekat,  plastisasi,  pelumas  sintetik,  perangsang pertumbuhan rambut  dan pengobatan jerawat.
Oksidasi katalisis di atas per mukaan oksida  logam terus menimbulkan tantangan besar bagi  para  peneliti  katalisis.  Permukaan  katalis  oksida  logam  pada  salah  satu    kondisi  reaksi adalah  dinamis,  dengan  cara  desorpsi-adsorpsi,  atau  reduksi-oksidasi.  Meskipun,  aktivitas katalitik  sering  dianggap  dalam  situs  aktif  tunggal,  faktor  yang  menentukan  untuk  aktivitas dan  selektivitas  mungkin  merupakan  kombinasi  dari  beberapa  fenomena  yang  saling bersaing, yang  melibatkan beberapa situs aktif dan / atau interaksi mereka dan kedekatan satu sama  lain.  Beberapa  karya  sebelumnya  yang  membahas  pertanyaan-pertanyaan  tentang kekhususan  struktural,  sinergi,  peran  promotor,  dan  efek  dukungan  ditelaah  dalam  upaya untuk  memberikan  contoh  hubungan  struktur-fungsi  katalis  oksida  logam  pada  reaksi oksidasi (Ozkan 2005). Hasil dari studi  kami sebelumnya memotivasi kami untuk mengetahui efek  dan bentuk dari katalis V2O5  dengan  membandingkan bentuk  nanorod,  nanopartikel  dan ukuran  besar  V2O5  dalam  r eaksi  ozonolisis.  Untuk  penyelidikan  lebih  lanjut,  reaksi  juga dilakukan tanpa katalis untuk  memberikan perbandingan.

Tujuan
Penelitian  ini  bertujuan  menentukan  kemampuan  katalis  vanadium  pentaoksida (V2O5) dalam ukuran nano pada reaksi ozonolisis asam  oleat.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Katalis
Katalis  adalah  suatu  senyawa  yang  dapat  menaikkan  laju  reaksi,  tetapi  tidak  ikut  menjadi  reaktan  /  produk  dalam  sistem  itu  sendiri.  Setelah  reaksi  selesai,  katalis  dapat  diperoleh  kembali  tanpa  mengalami  perubahan  kimia.  Katalis  berperan  dengan  menurunkan  energi  aktifasi.  Sehingga  untuk  membuat  reaksi  terjadi,  tidak  diperlukan  energi  yang  lebih  tinggi.  Dengan  demikian,  reaksi  dapat  berjalan  lebih  cepat.  Karena  katalis  tidak  bereaksi  dengan  reaktan  dan  juga  bukan  mer upakan  produk,  maka  katalis  tidak  ditulis  pada  sisi  reaktan  atau  pr oduk.  Umumnya  katalis  ditulis  di  atas  panah  reaksi  yang  membatasi  sisi  reaktan dan produk.  Katalis  berdasar kan cara  kerjanya dapat dibagi  menjadi dua  tipe,  yaitu heterogen  dan  homogen.  Dalam reaksi  heterogen,  katalis  memiliki  fase yang  berbeda  dengan reaktan. Pada  reaksi  ini,  mula-mula  reaktan  akan  terjerap  pada  permukaan  aktif  katalis,  selanjutnya  akan  terjadi  interaksi  baik  berupa  reaksi  sebenarnya  pada  permukaan  katalis,  atau  terjadi  pelemahan  ikatan  dari  molekul  yang  terjerap.  Setelah  reaksi  ter jadi,  molekul  hasil  r eaksi  (produk)  dilepas  dari  per mukaan  katalis.  Oleh  karena  itu,  katalis  yang  baik  perlu  memiliki  kemampuan  menjerap  dan  melepaskan  yang  baik.  Pada  reaksi  homogen,  biasanya  proses  ter jadi dalam bentuk gas atau terjadi dalam  satu fase cair tunggal (Anonim 2010). 
1.  Katalis Homogen
Suatu  katalis  disebut  homogen  apabila  berada  dalam fase  yang sama  dengan  reaktan  maupun  produk reaksi  yang  dikatalisis. Katalis  ini  berperan sebagai zat  antara  dalam  reaksi.
Contohnya  adalah  efek  katalis  HBr  pada  dekomposisi  ter mal  t-butil  alkohol,  (CH3)3COH,
yang  menghasilkan air dan isobutilen, (CH3)2C=CH2.

(CH3)3COH     (CH3)2C=CH2  +  H2O
Tanpa  penggunaan  katalis,  reaksi  ini  berlangsung  sangat  lambat,  bahkan  pada  suhu  tinggi  sekalipun.  Hal  ini  disebabkan  karena  reaksi  ini  memiliki  energi  aktifasi  yang  sangat  tinggi,  yaitu 274 kJ/mol. Dengan  menggunakan  HBr, energi  aktifasi  akan  turun menjadi     127 kJ/mol, dan reaksi  menjadi  

(CH3)3COH  +  HBr       (CH3)3CBr  +  H2O
(CH3)3CBr     (CH3)2C=CH2  +  HBr

Kelemahan dari katalis homogen  ini adalah ketika  reaksi  selesai,  diperlukan perlakuan kimia selanjutnya  untuk memisahkan katalis dari campuran reaksi.
2.  Katalis Heterogen
Katalis  heterogen adalah  katalis  yang  fasenya tidak sama  dengan  reaktan  atau produk reaksi  yang  dikatalisis.  Katalis  heterogen  biasanya  berfungsi  sebagai  permukaan  tempat  terjadinya reaksi.  Contohnya adalah  reaksi antara  H2  dan  O2  pada per mukaan  logam. Logam berfungsi sebagai permukaan adsorben  dimana H2 dan O2 akan  menempel dan bereaksi.
2.2 Vanadium Pentaoksida 
Logam  vanadium  terdapat  di  alam  dalam  senyawa  vanadium  pentaoksida  (V2O5). Senyawa  ini  digunakan  sebagai  katalis  pada  pembuatan  asam  sulfat  melalui  proses  kontak. Logam  vabadium  bila  dicampur  dengan  besi  akan  menghasilkan  baja  vanadium  yang  keras,  kuat dan tahan karat. Baja vanadium digunakan  untuk  membuat per mobil  (Daus 2009).
Vanadium  (V)  oksida  merupakan  produk  utama  ketika  logam  vanadium  dipanaskan dengan  oksigen  berlebih,  namun  produk  ini  terkontaminasi  dengan  oksida  lainnya  lebih  rendah.  Sebuah  persiapan  laboratorium  lebih  memuaskan  melibatkan  dekomposisi  metavanadat ammonium pada suhu  sekitar 200oC.

2NH4VO3   V2O5 + 2NH3 + H2O
Vanadium  pentaoksida  meleleh pada 690oC  dan terurai  pada  1750oC.  V3+  merupakan reduktor  kuat,  yang  menetapkan  hidrogen  bebas  dengan  air.  Dan  ini  menunjukkan  bahwa vanadium pentaoksida jarang berlaku sebagai agen tunggal oksidasi.

2.3 Nanoteknologi
Nanoteknologi  adalah  ilmu  dan  rekayasa  dalam  menciptakan  material,  struktur  fungsional, maupun piranti alam berskala nanometer. Material berukuran nanometer memiliki  sejumlah  sifat  kimia  dan  fisika  yang  lebih  unggul  dari  material  berukuran  besar  (bulk).  Di  samping  itu  material  dengan  ukuran  nanometer  memiliki  sifat  yang  kaya  karena  menghasilkan  sifat  yang  tidak  dimiliki  oleh  material  ukuran  besar.  Sejumlah sifat  tersebut  dapat  diubah-ubah  dengan  melalui  pengontr olan  ukuran  material,  pengaturan  komposisi  kimiawi,  modifikasi permukaan,  dan pengontrolan interaksi antar partikel. 
 Material  nanopartikel  adalah  material-material  buatan  manusia  yang  berskala  nano, yaitu  lebih  kecil  dari  100  nm,  termasuk  di  dalamnya  adalah  nanodot  atau  quantum  dot, nanowire  dan  carbon  nanotube.  Selain  nanopartikel  juga  dikembangkan  material  nanostruktur,  yaitu  material  yang  tersusun  oleh  beberapa  mater ial  nanopartikel.  Untuk  menghasilkan  material  nanostr uktur  maka  partikel-partikel  penyusunnya  harus  dipr oteksi  sehingga  apabila  partikel-partikel  tersebut  digabung  menjadi  material  yang  berukuran  besar  maka  sifat  individualnya  dipertahankan. Sifat  material  nanostruktur  sangat  bergantung  pada  ukuran  maupun  distribusi  ukuran,  komponen  kimiawi  unsur-unsur  penyusun  material  tersebut,  keberadaan  interface  (grain  boundary), dan  interaksi  antar grain  penyusun  material  nanostruktur (Abdullah 2007).
Nanodot atau quantum dot adalah material berukuran kurang dari 100 nanometer yang  mengurung  elektron  secara  tiga dimensi,  baik arah  x,  y,  dan  z. Hal  ini dimungkinkan  karena  diameter  dari  nanodot  tersebut  sebanding  dengan  panjang  gelombang  dari  elektron.  Bahkan  nanodot  tersebut  dikatakan  sebagai  atom  buatan.  Nanowire  adalah  material  berukuran  nanometer yang dapat mengur ung elektron secara dua dimensi dan bebas bergerak  di dimensi  yang  ketiga, yaitu ke depan atau ke  belakang.

Secara  umum dapat  disimpulkan sifat dari nanomaterial adalah sebagai berikut:
1.      Nanomater ial  memiliki  luas  permukaan  yang  besar  serta  jumlah  atom  dipermukaan yang  besar.
2.  Memiliki energi permukaan  dan tegangan per mukaan yang tinggi.
3.  Per mukaan  dari  partikel  kristalin  dengan  ukuran  nano  cenderung  membentuk       
     faset (per mukaan yang tergosok rata)
      4.  Bidang faset cenderung tersusun dari bidang yang paling rapat.
      5.  Per mukaan ber sifat sangat reaktif dan  mudah teroksidasi.
      6.  Per hatian  perlu  diberikan  ketika  menyimpan  logam  partikel  nano  kar ena  bisa    
           ter  jadi ledakan.
2.4 Jalur  dan produk ozonolisis asam  oleat 
Asam  oleat  adalah  asam  lemak  tak  jenuh  tunggal  yang  rentan  ter hadap  oksidasi  dari  gas oksidan  biasa,  seperti  OH,  NO3,  dan  O3.  OH  dan NO3  bertambah  ke  ikatan  rangkap  alkena daripada  memisahkan  sebuah  atom  hidrogen,  yang  umumnya  bereaksi  dengan  alkana.  Ada beberapa  studi yg  telah  dilakukan terhadap  proses pelapisan organik  heterogen  oleh  OH  dan NO3  yg  bertindak  sebagai  wakil  gas  atmosfer. Hanya  ada  beberapa  studi  mengenai  proses heterogen  partikel  asam  oleat  oleh  NO3,  dan  belum  ada  diketahui  dengan  OH.  Doherty  dan Ziemann  menemukan  bahwa  hasil  utama  reaksi  NO3  radikal  dengan  asam  oleat  cair  dengan keberadaan  NO2,  N2O5,  dan  O2  adalah  hidroksi  nitrat,  karbonil  nitrat,  dinitrat, hidroksidinitrat,  dan  banyak  lagi  senyawa  nitrat  lainnya.  Hung  menemukan  bahwa  oksidasi heterogen  yg  terdeposisi,  menggunakan  butiran  asam  oleat  berukuran  milimeter  dengan  radikal nitrat yg dihasilkan  dalam  produk dengan fungsional  grup ±NO2-,  -O2NO2,  dan ±NO2 dan produk dengan  bobot molekul tinggi.
Ozonolisis  merupakan  reaksi  oksidatif  antara  ozon  dengan  karbon-karbon  ikatan  ganda  dari  senyawa  tak  jenuh.  Asam  oleat  merupakan  satu  contoh  asam  lemak  tak  jenuh tunggal  yg  cocok  untuk  studi  pr oses  heterogen  dengan  ozon.Berikut  ini  dijelaskan  tahap mekanisme  sederhana  ozonolisis  dalam  larutan  tak  jenuh,  yaitu  ter diri  atas  tiga  tahap mekanisme:


Tahap  1  terjadi  pembentukan  ozon  primer,  tahap  2  dekomposisi  ozon  primer  (PO)  menjadi aldehid (atau keton), dan oksida karbonil  atau Criegee  inter mediet  (CI), tahap 3 rekombinasi dari  oksida  karbonil  dan aldehid  (atau  keton)  untuk  membentuk  ozon  sekunder (SO).  Dalam ozonolisis senyawa tak jenuh dalam larutan terutama pada suhu rendah,  ozon  sekunder sering teramati  dan  telah  diisolasi  dengan  hasil  yang  tinggi.  Yang  har us  diperhatikan, ozonolisis heterogen  dari  asam  oleat  dan  senyawa  yg  berhubungan  menghasilkan  yg  lumayan  tinggi dalam peroksida, termasuk SO. Seperti  yg  akan dijelaskan, hasil ini timbul pada dasarnya  dari reaktifitas CI  terstabilkan.  Reaktifitas  CI  merupakan  pusat  penting  dalam pemahaman  proses oksidatif  heterogen  terhadap  asam  oleat  dan  senyawa  sejenisnya  oleh  ozon. Criegee intermediet  digambarkan  sebagai  zwitter  ion  dan  biradikal.  Distribusi  produk  (sebagai contoh, jenis dan/atau  hasil relative produk) dalam larutan  yang dilakukan melalui ozonolisis sering  bergantung  pada  pelar ut    dan  pH.  Produk  ozonolisis  diidentifikasi  dengan membandingkan waktu retensi dan spectrum massa dengan senyawa yang diketahui.

2.5 Produk-produk  asam organik dan aldehida dari ozonolisis asam oleat
Ada  empat  asam  organik  dan  aldehida  ber bobot  molekul  rendah  yang  umumnya dihasilkan  dalam  ozonolisis heterogen  dari  asam oleat: asam azelat,  nonanal,  asam nonanoat, dan  asam  9-oksononanoat.  Produk  ini  telah  dihasilkan  secara  langsung  dan  secara  terus  menerus  oleh para peneliti menggunakan berbagai metode (Zahardis 2007).

2.6 Produk-produk  kimia sekunder dari ozonolisis asam oleat
Berbagai  jenis  produk, terutama  peroksida  di alam,  telah  dihasilkan  dalam ozonolisis  heterogen  asam  oleat,  senyawa  asam  lemak  tak  jenuh  lainnya,  dan  derivatifnya.  Produk  ini  telah  dihubungkan ke reaktifitas CI.











BAB III
PROSES DAN HASIL
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah GC, GC-MS, generator ozon, stirrer, dan seperangkat alat refluks.
 Bahan  yang  digunakan  adalah  asetonitril  (100%)  dan  heksadesiltrimetil  ammonium  bromide (CTAB) (kemurnian maksimal 99%) dibeli dari Mallinckrodt dan Sigma. 1-heksanol  dan  asam  pelargonat  dibeli  dari Fluka.  Vanadil  sulfat  hidrat  diperoleh  dari  Aldrich.  Larutan ammonia  (25%),  asam  azelat  (99%)  dan  asam  sulfat  (sp.gr.1.84)  dibeli  dari  BDH. Ammonium  metavanadat  (99%)  dan  asam  oleat  (90%)  dibeli  dari  Sigma-Aldrich.  Air deionisasi  dan  dua  kali  destilasi  digunakan  untuk  misel  dan  preparasi  larutan.  Semua  bahan kimia  dan  pelarut  digunakan  sebagaimana  ketika  diterima  dan  tidak  ada  pemurnian  lebi jauh. Ozon disiapkan mengguanakan ozon generator.
h

3.2 Proses
Vanadium  pentoksida  nanorod  dengan  diameter  30-90  nm  dan  panjang  260-600  nm, V2 O5  nanopartikel  dengan  ukuran 45-160 nm, dan V2O5 ukuran besar  disiapkan seperti studi kami sebelumnya. Ozonolisis  asam  oleat dilakukan tanpa  menggunakan  pelarut.  Katalis (0.01  g  V2 O5)  dicampurkan  dengan  10  ml  asam  oleat,  dipanaskan  dengan  temperatur  reaksi (50°C) dan  di  stirrer  secara terus  menerus.  Gas  ozon  (1L/min)  dilewatkan  melalui  campuran  selama  2.30  jam  untuk  menyelesaikan  proses  oksidasi.  Tekanan  gas  dijaga  pada  0.03 MPa. Sebagai  kontrol,  prosedur  ini  dijalankan  tanpa  menggunakan  katalis  V2O5 padat.  Hasil ozonolisis  diubah  menjadi  ester  menggunakan  reaksi  metilasi  (persamaan  1)  untuk memungkinkan  pendeteksian  oleh  GC-MS  (Hewlett  Packard  Model  5970,  tipe  kolom: Innowax,  Detektor:  FID,  Tinjector  dan  Tdetector  :  280°C,  dalam  120-250°C  dengan  aliran 10°C/min) .
  R-COOH + CH3OH R-COO-CH3 + H2 O
            Reaksi  metilasi  ini  dilakukan  dengan  mencampurkan  0.25  g  hasil  ozonolisis  dengan 30  ml  asam  metanolat  (HCl+MeOH).  Gas  nitrogen  dihilangkan  dan  campuran  di  stirrer  dan di  refluks  selama  10  ±  15  menit.  Kemudian  campuran  didinginkan  pada  suhu  ruang.  Setelah melarutkan  lapisan  organik  dalam  asetonitril  (2000  ppm),   sampel  dikarakterisasi menggunakan GC dan GC-MS.
3.3 Hasil
Proses  ozonisasi  yang  telah  dilaporkan  dapat  menghasilkan  asam  karboksilat, yang merupakan  senyawa  or ganik  di  mana  setidaknya  memiliki  satu  rantai  olefinik,  yang didalamnya  terkandung  sejumlah  kecil  aldehid  dan  keton.  Sistem  reaksi  asam  oleat-ozon heterogen telah  di  pelajari  secara intensif  karena  kepentingan  komersialnya  dan implikasinya terhadap  kimia  atmosfer  serta  perubahan  iklim.  Hal  ini  diketahui  bahwa  azelat  dan  asam pelargonat  dapat  disiapkan  melalui  ozonolisis  asam  oleat.  Bagaimanapun,  proses  komersial yang  ada  untuk  produksi  asam  azelat  didasarkan  pada  ozonolisis  asam  oleat,  dikarenakan selektifitas dan reaktifitas yang tinggi.
Metil ester  dari  asam dikarboksilat  jenuh dianalisis  menggunakan spektrometri  massa melalui  fragmen  mer eka  M-59,  bersamaan  dengan  hilangnya  COOCH3.  misalnya,  spektrum massa  dari  metil  azelat  tidak  memberikan  sebuah  molekul  ion  (MI,  walaupun  ada  banyak diagnostik  ion  yg  mencolok  m/z  185  (M_OCH3),  m/z  152  (M-2CH3OH)  m/z  143  (M-CH3COCH3), m/z 124 (M-2CH3  OH-CO).
Sebagai  tambahan,  puncak  yang  mencolok  pada  m/z  74,  87,  101,  dan  129  pada spektrum  masssa  dari  metil  pelar gonat  cukup  cocok  dengan  referensi  pustaka  untuk  asam nonionik  dan asam  pelargonat  metil  ester. Metil  ester  dari  asam  dikarboksilat  jenuh dikenali melalui fragmen mereka menggunakan  spektrometri massa. Reaktifitas dan selektifitas reaksi ditentukan  dan  hasilnya  ditunjukkan  pada  table  1.  Ozonolisis  asam  oleat  menggunakan nanorod  V2O5  menunjukkan  selektifitas  yang  tinggi  untuk  produksi  asam  azelat.  Hanya sejumlah kecil aldehid yang terdeteksi.
Tabel 1  Hasil ozonolisis asam oleat
Karena  selektifitas  dari  katalis merupakan  hal yang  penting  saat  ini, selektifitas  yang tinggi  ini  merupakan hal yang sangat diinginkan  dalam pembuatan asam azelat  skala industri. V2 O5  nanopartikel  dan  ukuran  besar    menunjukkan  jumlah  aldehid  dan  keton  yang cukup banyak  sebagai  hasil  samping  walaupun  hal  ini  masih  kecil  jika  dibandingkan  dengan tanpa menggunakan  katalis  V2O5.  Hasil  juga  menunjukkan  bahwa  pengaruh  bentuk  dan  ukuran nanomaterial  pada  peningkatan  tingkah  laku  katalitik  mereka  bersifat  konsisten  dengan penemuan sebelumnya oleh peneliti lain.
Penentuan  faktor  aktifitas  dan  selektifitas  mungkin  sebuah  kombinasi  dari  beberapa fenomena  yang  terjadi,  kehadiran  beberapa  sisi  aktif    dan/atau  interaksi  mereka  dan kedekatan  satu  dengan  lainnya,  luas  permukaan,  kekurangan,  bentuk,  kristal  kisi  dan  lain-lain. Karena  hasil  dan  selektifitas  keduanya  meningkat  ketika  luas  permukaan,  kekurangan dan  sisi  aktif  meningkat,  peningkatan  performa  katalitik  dalam  studi  ini  diasumsikan berhubungan dengan  hal tersebut.














BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hasil  ozonolisis  asam  oleat  menunjukkan  bahwa  V2O5  nanorod  dapat  dikatakan sebagai  katalis  yang  baik  dengan  hasil  dan  selektifitas  yang  tinggi  untuk  pembuatan asam azelat  dengan  persentase  rendah  akan  hasil  samping.  Hasil  menunjukkan  bahwa  V2O5  nano  memiliki  performa  katalitik  lebih  baik  dibandingkan  dengan  V2O5  ukuran  besar.  Hasil  juga menunjukkan  bahwa  ada  pengaruh  ukuran  dan  bentuk  dari  katalis  terhadap  hasil  dan selektifitas.  Penemuan  ini  sangat  berguna  untuk  produksi  asam  azelat  dan  asam  pelargonat pada skala industri.














DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M. 2007.  Material Nanostruktur. Bandung: ITB.
Anonim. 2010. Penggolongan Katalis. http://www. b3.menlh.go.id [terhubung berkala]. (12   
Mei 2010).
Daus. 2009. Material Teknik Katalis. http://www.daus.student.umm.ac.id. [terhubung
berkala]. (12 Mei 2010). 
Mohd  A, Asim, Aziah, Badiei,  dan  Ambar.  2008.  Ozonolysis  of  oleic  acid  over  anano
vanadium  pentoxide  (V2O5)  catalyst.  School  of  Chemical  Science  and  Food
Technology Faculty of Science and T echnology.
Ozkan US & Watson RB. 2005. The structure-functionr elationships in selective oxidation
reactions over metal oxides, Catalysis Today.
Zahardis  J  &  Petrucci  GA.  2007.  The  oleic  acid-ozone  heterogeneous  reaction  system:
products, kinetics, secondary  chemistry, and  atmospheric  implications  of  a  model
system-a review. USA: University of Ver mont.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar